Proses Terciptanya Alam Semesta

Bimasakti, galaksi, galxy, alam semesta, universe, jagat raya

        Alam semesta adalah tempat tinggal kita, tempat kita hidup dan mati. Tapi bagaimana kita bisa hidup di tempat yang sangat berbahaya di tengah jutaan radiasi kosmik yang menyerang diri kita setiap hari?
        Itu semua karena kita dilindungi oleh berbagai macam pelindung yang memang diciptakan untuk melindungi kita dari radiasi kosmik. Lalu bagaimana proses penciptaannya?
        Proses penciptaan seluruh alam semesta dan isinya? Ada banyak pertanyaan serupa yang pernah dilontarkan oleh banyak orang yang ingin tahu lebih jauh tentang proses penciptaan alam semesta, dan untuk menjawabnya, para ilmuwan juga membuat banyak jawaban dan teori yang berbeda..
        Terlepas dari hal itu, terciptanya alam semesta adalah sebuah bukti dari adanya keberadaan pencipta yang mahakuasa, yang dapat menciptakan alam semesta yang maha luas dan penuh misteri ini. Ini adalah kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan menggunakan kecerdasan kita.
        Allah mengungkapkan kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al Quran, yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan bagi kemanusiaan. Allah menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, dalam 6 masa, untuk suatu tujuan khusus, serta dilengkapi dengan semua sistem dan keseimbangannya yang dirancang khusus untuk kehidupan makhluknya. abad yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu tak terbatas.
         Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai awal. Tidak ada momen "penciptaan", yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul.
        Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya.

  • Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes).
  • Jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588).
  • Jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672).
  • Jarak bintang 61 Cygni abad ke-19.
  • Jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918).
  • Jarak ke galaksi-luar pada tahun 1929.
  • Quasar dan Big Bang pada tahun 1965.

        Dan perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi hingga sekarang
Ada beberapa teori mengenai proses terciptanya alam semesta, yaitu:

1.Teori Dentuman besar (Big Bang)

big bang, alam semesta, alam, dunia, jagat raya, penciptaan, awal, ledakan, dentuman, dentuman besar, perluasan, ledakan besar
Big Bang
         Berbagai teori tentang jagat raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai kosmologi. Sebenarnya, dentuman besar (Big Bang) bukanlah sebuah dentuman, tetapi sebuah perluasan alam semesta yan sangat amat cepat, jadi dari namanya juga sudah salah sejak awal.
        Dalam bentuk standarnya, teori Dentuman Besar (Big Bang) mengasumsikan bahwa semua bagian jagat raya mulai mengembang secara serentak. Namun bagaimana semua bagian jagat raya yang berbeda bisa menyelaraskan awal pengembangan mereka? Siapa yang memberikan perintah?(Andre Linde, Profesor Kosmologi.)
         Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang berkata, "Secara filosofis, pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku."
         Ada lagi bukti-bukti yang muncul untuk Dentuman Besar. Salah satunya berhubungan dengan jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa campuran kedua unsur ini di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Dentuman Besar. Bukti itu memberikan tusukan lagi ke jantung teori keadaan-stabil karena jika jagat raya sudah ada selamanya dan tidak mempunyai permulaan, semua hidrogennya telah terbakar menjadi helium.
        Dihadapkan pada bukti seperti itu, Dentuman Besar memperoleh persetujuan dunia ilmiah nyaris sepenuhnya. Dalam sebuah artikel edisi Oktober 1994, Scientific American menyatakan bahwa model Dentuman Besar adalah satu-satunya yang dapat menjelaskan pengembangan terus menerus alam semesta dan hasil-hasil pengamatan lainnya.

Teori Keadaan tetap


         Ahli astronomi Inggris Hoyle menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa – asas kosmologi tetapi juga tidak berubah dalam waktu – asas kosmologi yang sempurna. Jadi asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi sempurna dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu.
        Teori keadaan tetap berlawanan sekali dengan teori ledakan hebat. Di dalam teori ledakan hebat, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori keadaan tetap, harus diterima anggapan bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa diantara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Para ahli astronomi mengatakan bahwa zat baru itu ialah hidrogen, yaitu sumber yang menjadi asal-usul bintang dan galaksi.
        Pembentukan zat di ruang angkasa yang kososng itu diterima dengan ragu-ragu oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu hukum fisika, yaitu hukum kekekalan zat.
“Zat yang tidak dapat diciptakan atau dihilangkan , tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi”.
        Sebaliknya, sulit pula untuk menyanggah secara langsung proses pembentukan zat itu, karena berkesinambungan menurut teori keadaan tetap, jumlah zat sangat lambat bertambahnya, kira-kira satu atom setiap seribu juta tahun dalam satu volume ruang angkasa.
        Banyak ilmuwan yang tidak mau memaksakan diri menjadi ateis menerima dan mendukung keberadaan pencipta yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Misalnya, ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross, menyatakan Pencipta jagat raya, yang berada di atas segala dimensi fisik, sebagai: Secara definisi, waktu adalah dimensi di mana fenomena sebab-dan-akibat terjadi. Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Jika permulaan waktu sama dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema ruang-waktu, maka sebab alam semesta haruslah entitas yang bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya mandiri dan hadir lebih dulu daripada dimensi waktu kosmos... ini berarti bahwa Pencipta itu transenden, bekerja di luar batasan-batasan dimensi alam semesta. Ini berarti bahwa Tuhan bukan alam semesta itu sendiri, dan tuhan juga tidak berada di dalam alam semesta
        Ini adalah kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan menggunakan kecerdasan kita. Allah mengungkapkan kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al Quran, yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan bagi kemanusiaan. Allah menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus, serta dilengkapi dengan semua sistem dan keseimbangannya yang dirancang khusus untuk kehidupan manusia.
        Allah mengajak manusia untuk mempertimbangkan kebenaran ini dalam ayat berikut:
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-30)
        Pada ayat lain dalam Al Quran dinyatakan pula bahwa manusia harus melihat dan mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah diciptakan Allah untuknya, serta memetik pelajaran dari pengamatannya:
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (QS. An-Nahl, 16: 12)
Dalam ayat Al Quran lainnya , ditunjukkan:
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Faathir, 35: 13) 
        Kebenaran nyata yang dipaparkan Al Quran juga ditegaskan oleh sejumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa struktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika, dan keadaan seimbang, semuanya diciptakan Tuhan, dan para ilmuwan itu sampai pada kesimpulan dari penelitian dan pengamatan mereka sendiri.
        Selain menjelaskan alam semesta, model Dentuman Besar mempunyai implikasi penting lain. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam telah membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber agama.
        Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.
        Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut: 
"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101) 
        Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil: 
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa', 21: 30) 
        Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.
        Mari kita tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk) dengan satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang "telur kosmik" yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum Dentuman Besar. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan alam semesta.
        Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya."(QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)
        Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita.
        Melalui sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati dan diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia.
        Jawaban singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam semesta beserta hukum-hukum alamnya: Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti berkenalan dengan alam gaib, akhirat dan sebagainya.
        Tapi sepertinya jawaban dari semua pertanyaan ini akan masih berupa perkiraan, dan mungkin tidak akan terjawab sampai akhir zaman…

Comments