NASA baru saja merilis foto Bumi saat malam hari dari luar
angkasa. Planet yang kita huni ini nampak bagai kelereng hitam dengan
pendaran cahaya-cahaya kecil di atasnya.
Para ilmuwan dari Badan Penerbangan dan Antariksa AS, NASA, mengungkap tampilan baru Planet Bumi pada malam hari yang jauh lebih detil dari yang pernah ada, gabungan dari gambaran bebas awan yang menunjukkan kemilau cahaya alami dan buatan manusia.
Pada malam hari, Bumi ternyata tak segelap yang dipikirkan, bahkan tak pernah benar-benar gelap, tapi terlihat berkelap kelip.
Dilansir oleh laman resmi NASA, pendaran cahaya itu tak hanya datang dari daerah pemukiman manusia. Jauh dari kawasan pemukiman, juga terlihat pancaran cahaya.
Hutan terbakar, gunung api yang tengah aktif, sumur minyak dan gas yang terbakar seperti lilin, aurora yang 'menari' di langit kutub, juga cahaya bulan dan bintang yang memantul ke perairan, salju, awan dan gurun. Bahkan udara dan samudera pun kadang berkilau.
Namun cahaya ini tidak merata. Terlihat Benua Afrika alpa dari sinaran cahaya. Demikian juga dengan Indonesia, di mana pusat cahaya paling terang berada di Pulau Jawa dan sedikit di Sumatra. Sedangkan Indonesia bagian timur tak memancarkan pendaran apa pun.
Sebaliknya, Benua Eropa bermandikan kilauan sorot lampu. Begitu juga dengan Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Di Benua Amerika, pendaran paling mencolok berasal dari Amerika Serikat yang berada di Amerika Utara. Sedangkan Amerika bagian selatan hanya memancarkan sedikit kilauan.
Foto yang bebas dari gangguan awan ini diambil kamera khusus berteknologi tinggi di satelit milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) pada satelit tersebut cukup sensitif untuk mendeteksi kilauan cahaya malam hari dari atmosfer Bumi dan bahkan cahaya dari sebuah kapal di lautan.
Teknologi ini memungkinkan para peneliti mempelajari atmosfer, darat, dan laut saat malam hari.
"Ini merupakan data berkualitas tinggi," kata Christopher Elvidge, salah satu peneliti NOAA, saat pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, AS, pertengahan pekan lalu.
Gabungan gambar-gambar Bumi beresolusi tinggi tersebut memberikan data berharga bagi para ilmuwan untuk melihat kejadian-kejadian yang sebelumnya tidak atau kurang terlihat.
"Untuk semua alasan-alasan yang kami butuhkan untuk melihat Bumi pada siang hari, kami juga ingin melihat Bumi pada malam hari. Tidak seperti manusia, Bumi tak pernah tidur," tukas Steve Miller, peneliti NOAA dari Universitas Colorado, AS.
Para ilmuwan dari Badan Penerbangan dan Antariksa AS, NASA, mengungkap tampilan baru Planet Bumi pada malam hari yang jauh lebih detil dari yang pernah ada, gabungan dari gambaran bebas awan yang menunjukkan kemilau cahaya alami dan buatan manusia.
Pada malam hari, Bumi ternyata tak segelap yang dipikirkan, bahkan tak pernah benar-benar gelap, tapi terlihat berkelap kelip.
Dilansir oleh laman resmi NASA, pendaran cahaya itu tak hanya datang dari daerah pemukiman manusia. Jauh dari kawasan pemukiman, juga terlihat pancaran cahaya.
Hutan terbakar, gunung api yang tengah aktif, sumur minyak dan gas yang terbakar seperti lilin, aurora yang 'menari' di langit kutub, juga cahaya bulan dan bintang yang memantul ke perairan, salju, awan dan gurun. Bahkan udara dan samudera pun kadang berkilau.
Namun cahaya ini tidak merata. Terlihat Benua Afrika alpa dari sinaran cahaya. Demikian juga dengan Indonesia, di mana pusat cahaya paling terang berada di Pulau Jawa dan sedikit di Sumatra. Sedangkan Indonesia bagian timur tak memancarkan pendaran apa pun.
Sebaliknya, Benua Eropa bermandikan kilauan sorot lampu. Begitu juga dengan Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Di Benua Amerika, pendaran paling mencolok berasal dari Amerika Serikat yang berada di Amerika Utara. Sedangkan Amerika bagian selatan hanya memancarkan sedikit kilauan.
Foto yang bebas dari gangguan awan ini diambil kamera khusus berteknologi tinggi di satelit milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) pada satelit tersebut cukup sensitif untuk mendeteksi kilauan cahaya malam hari dari atmosfer Bumi dan bahkan cahaya dari sebuah kapal di lautan.
Teknologi ini memungkinkan para peneliti mempelajari atmosfer, darat, dan laut saat malam hari.
"Ini merupakan data berkualitas tinggi," kata Christopher Elvidge, salah satu peneliti NOAA, saat pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, AS, pertengahan pekan lalu.
Gabungan gambar-gambar Bumi beresolusi tinggi tersebut memberikan data berharga bagi para ilmuwan untuk melihat kejadian-kejadian yang sebelumnya tidak atau kurang terlihat.
"Untuk semua alasan-alasan yang kami butuhkan untuk melihat Bumi pada siang hari, kami juga ingin melihat Bumi pada malam hari. Tidak seperti manusia, Bumi tak pernah tidur," tukas Steve Miller, peneliti NOAA dari Universitas Colorado, AS.
Comments